Jajaran Guru Besar di lingkungan Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) bertambah dengan dikukuhkannya Prof. Joseph Ernest Mambu, S.Pd., M.A., Ph.D., pada Kamis (23/02/2023). Dikukuhkan langsung oleh Rektor UKSW Prof. Dr. Intiyas Utami, S.E., Ph.D., Ak., dosen Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) ini resmi menjadi Guru Besar bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris.

Siapakah Prof. Joseph Ernest Mambu? Tulisan ini akan membawa kita selangkah lebih dekat dengannya.

Prof. Joseph Ernest Mambu, lahir di Surakarta, 11 Maret 1978 dari pasangan Robert Alex Mambu (alm) dan Dra. Eliana Soemadjaja. Pak Jos, sapaan akrab beliau, meraih gelar sarjananya di Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) UKSW tahun 2000. Gelar Master of Arts didapatnya dari The University of Queensland, St, Lucia, Australia dan gelar Doctor of Philosophy diraihnya dari Arizona State University, Tempe, the United States of America di tahun 2014.

Kiprahnya di UKSW berawal dengan menjadi Asisten Dosen di Prodi PBI Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) di tahun 1999-2000. Selanjutnya, beberapa jabatan pernah diembannya, antara lain Ketua Prodi PBI FBS tahun 2016-2017 dan sebagai Pembantu Rektor IV Bidang Kerja Sama Kelembagaan dan Internasionalisasi UKSW tahun 2017-2022.

Suami dari Ella Victoria, S.Pd., ini juga pernah meraih sejumlah penghargaan, antara lain mendapatkan Fullbright DIKTI Scholarship (2011-2014) dan United Board Fellow dari United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA) (2022-2023).

Pimpinan Tuhan

Capaian menjadi seorang Guru Besar, dikatakan Ayah dari Joel Rafa Richelieu dan Leon Yan Adriel ini adalah semata karena penyertaan Tuhan. Satu hal yang membekas bagi Prof. Joseph adalah di saat berusaha untuk taat kepadaNya, langkahnya dituntun Tuhan sampai akhirnya mendapatkan Surat Keputusan Guru Besar.

“Tentu senang karena itu pencapaian tertinggi seorang dosen, puncak karir dosen menjadi Guru Besar. Tetapi sekali lagi saya melihat semua itu semata karena Tuhan. Artinya ada tujuan Tuhan yang saya yakin membuat saya berproses secara akademis. Sehingga saya lakukan saja to the best of my ability, artinya saya taat,” kata Prof. Joseph.

Menjadi seorang Guru Besar dikatakan Prof. Joseph artinya mempunyai amanah yang lebih besar untuk membuktikan bahwa capaian itu bukan sekedar nama. Masih ada tanggung jawab lainnya, seperti melakukan pengabdian masyarakat  dan juga publikasi internasional.

Lebih jauh, Prof Joseph berharap penelitian yang dilakukannya bisa menjadi sumber inspirasi bagi penelitian-penelitian untuk skripsi, tesis dan juga disertasi. Tak hanya itu, lebih dari publikasi, dirinya berharap apa yang dilakukannya juga dapat menjawab permasalahan riil di masyarakat, terkait dengan sustainable development goals (SDGs).

Sekilas penelitian

“Peran Pendidikan Bahasa Inggris Kritis-Spiritual dalam Menyikapi Sustainable Development Goals” menjadi judul pidato ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Joseph Ernest Mambu. Disampaikannya, belajar Pendidikan Bahasa Inggris tidak hanya belajar vocab dan grammar saja tetapi juga belajar tentang “dunia” lewat Sustainable Development Goals (SDGs).  Bagaimana bahasa Inggris sebagai tools atau media yang bermakna untuk memantik mahasiswa dan masyarakat bisa berpikir lebih luas.

“Bahasa Inggris menjadi tool yang luar biasa, mengomunikasikan SDGs kepada masyarakat dan kemudian masyarakat menunjukkan kearifan lokal untuk menjawab tantangan global, sehingga bisa diakses secara internasional. Kearifan lokal bisa dipublikasikan juga salah satunya adalah dalam bahasa Inggris,” kata Prof. Joseph yang berhasil mencetak sejarah karena melakukan loncat jabatan dari Lektor menjadi Guru Besar.

Pendekatan kritis spiritual dalam Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) menekankan pada pendidikan holistik dimana kritis tidak terbatas pada head (kepala) yaitu intelektual atau kognitif saja tetapi juga hand (tangan) yang artinya melakukan tindakan nyata, dan juga heart yaitu spirit agar seseorang menjadi lebih utuh, lebih bermakna bagi sesama, lebih bersahabat pada alam, dan lebih dapat merasakan kedahsyatan kekuatan di luar dirinya.

“Perpaduan heart, head dan hand menjadi pilar PBI kritis-spiritual untuk menyikapi isu-isu global, yang salah satu framework-nya terformulasikan menjadi SDGs,” tegas Prof. Joseph Ernest Mambu yang punya motto hidup “whoever can be trusted with little can also be trusted with much” ini.

Salam Satu Hati UKSW!